KETERAMPILAN NARASI SISWA TULI PADA TINGKAT MIKRO

Authors

DOI:

https://doi.org/10.26499/li.v37i2.107

Keywords:

Tuli, keterampilan-menulis, narasi, Tingkat-mikro

Abstract

Anak tunarungu sebagian besar, menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa pertama mereka. Di sisi lain, mereka diharuskan mampu menulis dengan baik dan benar untuk mampu berkomunikasi dalam proses pembelajaran, baik komunikasi dengan guru maupun sesama teman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan anak-anak tunarungu di tataran paragraf, khususnya dalam menulis narasi. Subjek penelitian ini adalah 37 siswa kelas 2 sampai kelas 6 SDLB YPTB Malang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan dua instrumen: (1) film bisu The Pear Story ‘kisah buah pir’ yang digunakan untuk memancing subjek untuk menarasikan apa yang telah dilihat, dan menuliskan film tersebut dalam bentuk paragraf narasi, (2) narrative scoring guidelines ‘panduan penilaian narasi’ yang mengukur keterampilan narasi pada tingkat mikro struktur meliputi kohesi naratif, kohesi referensial, penggunaan konjungsi, pembentukan kata-kata gramatikal, dan piranti-piranti naratif. Harapannya hasil penelitian ini mampu mengungkap ketimpangan penelitian yang masih belum tergali dan mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan literasi siswa Tuli.


Author Biography

Alies Poetri Lintangsari, Universitas Brawijaya

Lintangsari is a lecturer in English Language Education Program, Faculty of Cultural Studies, Universitas Brawijaya. Her main interest is educational linguistics, inclusive education and Deaf Studies.

References

Bernaix, N. E. (2013). Oral and written narrative production in children who are deaf and hard of hearing.

Chamberlain, C., & Mayberry, R. I. (2008). American Sign Language syntactic and narrative comprehension in skilled and less-skilled readers: Bilingual and bimodal evidence for the linguistic basis of reading. Applied Psycholinguistics, 29(3), 367–388. https://doi.org/10.1017/S014271640808017X

Jones, -a. C., Toscano, E., Botting, N., Marshall, C.-R., Atkinson, J. R., Denmark, T., … Morgan, G. (2016). Narrative skills in deaf children who use spoken English: Dissociations between macro and microstructural devices. Research in Developmental Disabilities, 59, 268–282. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2016.09.010

Labov, W. (1972). Language in the inner city: Studies in the Black English vernacular. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Lintangsari, A. P. (2014). Identifikasi Kebutuhan Mahasiswa Tuli Dalam Pembelajaran Bahasa Tulis. IJDS:INDONESIAN JOURNAL OF DISABILITY STUDIES, 1(1). Retrieved from https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/view/11

Lintangsari, A. P., & Widodo, W. (2017). Tingkat Pemahaman Arti Leksikal pada Leksem yang Berkonsep Abstrak dan Emosi oleh Penyandang Tunarungu. IJDS:INDONESIAN JOURNAL OF DISABILITY STUDIES, 4(1), 35–44. https://doi.org/10.21776/ub.IJDS.2017.004.01.6

Negueruela, E. (2008). Revolutionary pedagogies: Learning that leads (to) second language development. In Sociocultural theory and the teaching of second languages (pp. 189–227). London, England: Equinox.

Pavlenko, A., & Lantolf, J. P. (2000). Second language learning as participation and (re)construction of selves. In Sociocultural theory and second language learning (pp. 155–77). Oxford, England: Oxford University Press.

Rathmann, C., Mann, W., & Morgan, G. (2007). Narrative structure and narrative development in deaf children. Deafness & Education International, 9(4), 187–196. https://doi.org/10.1002/dei.228

Sukamto, K. E., & Purwo, B. K. (2016). ORAL NARRATIVE AND DESCRIPTIVE PROFICIENCY IN BILINGUAL CHILDREN: A CASE STUDY OF JAVANESE-INDONESIAN CHILDREN. Linguistik Indonesia, 34(1), 85–100. https://doi.org/10.26499/li.v34i1.43

Verhoeven, S., & Strömqvist, L. (2001). Narrative development in a multilingual context. Amsterdam, Netherlands: John Benjamins.

Downloads

Published

26-09-2019

How to Cite

Lintangsari, A. P., Widodo, W., & Kuswoyo, R. A. (2019). KETERAMPILAN NARASI SISWA TULI PADA TINGKAT MIKRO. Linguistik Indonesia, 37(2), 159–168. https://doi.org/10.26499/li.v37i2.107