Istilah Toponimi Tabui dan Humli pada Masyarakat Yali di Papua: Sebuah Kajian Semantik dan Pragmatik
DOI:
https://doi.org/10.26499/li.v41i2.450Keywords:
Masyarakat Yali, tabui, humli, toponimi, semantik-pragmatikAbstract
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara semantik dan pragmatik pada dua kata toponomi humli ‘dingin’ dan tabui ‘panas’ yang menjadi dasar pemaknaan kehidupan masyarakat Yali yang hidup di Pegunungan Tengah Papua bagian timur. Wilayah ini secara topografis merupakan wilayah yang bergunung-gunung dan curam dengan lembah yang sempit dan sungai-sungai yang besar serta tingkat kesulitan wilayah yang sangat tinggi. Dengan kondisi wilayah geografis yang demikian, masyarakat Yali memiliki pengetahuan mengenai kondisi topografi dan distribusi masyarakatnya pada wilayah topografis yang berbeda tersebut. Wilayah topografi yang dikenal oleh masyarakat Yali dinamakan humli dan tabui. Merujuk pada wilayah topografi, sufiks -mu/-mo/-ma, yang merupakan variasi alofonik, melekat pada kata, yaitu tabui-mu dan humli-mu untuk memberikan makna ‘tempat/lokasi,’ yang bermakna ‘tempat panas/hangat’ dan ‘tempat dingin/sejuk.’ Hubungan semantik, morfologi, dan sintaksis membuat kata dasar humli dan tabui memiliki aksesibilitas untuk mendapat imbuhan atau konstituen lain yang juga berkontribusi pada perluasan makna secara internal tetapi tidak mengubah kata dasar. Pada tataran pragmatik, makna kata humli dan tabui juga diperluas mengingat sistem tatanan hidup masyarakat Yali yang rumit dan abstrak. Dengan menggunakan konsep pragmatik common ground dan perangkat konteks, kedua kata ini dimaknai berdasarkan konteks penggunaannya yang bersumber dari faktor-faktor non-linguistik seperti pengetahuan geografis/topografis, botani, dan zoology, serta konsep manusia yang kemudian membentuk konsep ideologi dan religi.
References
Alasli, Malak. (2019). Toponyms’ contribution to identity: The case study of Rabat (Morocco). Proceedings of the International Cartographic Association, 2, 2019. 1-7.
Bergen, Leon, Roger Levy, Noah Goodman. 2016. Pragmatic reasoning through semantic inference. Semantics and Pragmatics 9(20). http://dx.doi.org/10. 3765/sp.9.20.
Boogaart II, T. A. (2001). The power of place: from semiotics to ethnogeography. Middle States Geographer, 34 (2001), pp. 28-47.
Fahner, C. (n.d.). Jali’s van de Passvalley. Untrecht. The Netherlands.
Fleury, Christian & Benoit Raoulx. (2016). Toponymy, Taxonomy and Place. Explicating the French concept of presqu’île and péninsule. Shima: The International Journal of Research into Island Cultures, Vol. 10, No. 1. 8-20.
Kihara, Claudius P. (2020). Maasai Toponymy in Kenya. Language in Africa, Vol. 1(2). 30-47.
Koch, K. F. (1967). Conflict and its Management among the Jale people of West New Guinea. Ann Arbor. University of Michigan. (University microfilms).
Koch, K. F. (1968). Marriage in Jalemo. Oceanic, December 1968, XXXIX, 2. Hal. 85-109.
Koch, K. F. (1970). Structure and Variability in the Jale Kinship Terminology: A formal analysis. Ethnology, 9: 3. Hal. 263-301.
Koch, K. F. (1970). Warfare and Anthropology in Jale society. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde, Dell 126, 1. Hal. 37-58.
Mariya Chupanovskaya, Tatyana Maklakova, and Albina Nikitina. (2018). Toponymy of Irkutsk Region as a Part of Linguocultural Space of the Region. SHS Web of Conferences 50, 01005 (2018). 1-6.
Milliken, William. (2000). Ethnobotany of the Yali of West Papua. Royal Botanical Garden, Edinburgh.
Nwaha, Sévérin. (2020). The Toponyms and their meanings among the Basa’a People: Towards a preservation of cultural and ancestral heritage. International Journal of Development Research Vol. 10 (07). 37649-37653.
OUALIF, M. (2017). Presupposition: A Semantic or Pragmatic Phenomenon? Arab World English Journal, 8 (3). DOI: https://dx.doi.org/10.24093/awej/vol8no3.4
R, Sudrajat , D, Setiana , J Rejito , A Pradana , I Suryana , M Suryani , M M Zakaria , F C Permana , B N Ruchjana , and A S Abdullah. (2021). Toponymic information system for description and classification of ethno-informatics of “kampung†naming in the East Priangan of West Java. Journal of Physics: Conference Series 1722 (2021). 1-13.
Sawaki, Y. W. (1998). A comparative study of Middle Yali verbal systems and those of English. Unpublished Undergraduate thesis. Cenderawasih University. Jayapura.
Sawaki, Y. W. (2005). Person marking systems in Dani languages. Paper presented in the 6 ALT Conference, Padang, West Sumatera, Indonesia.
Tochukwu Okeke, Gloria & Chukwuma Onyebuchi Okeke (2022) On the semantic-pragmatic interface of Igbo verbs of perception. Cogent Arts & Humanities, 9:1, 2025991, DOI: 10.1080/23311983.2022.2025991
Wurm, S. A. (Ed). (1975). New Guinea area languages and language study. Papuan languages and the New Guinea Linguistic Scene. Pacific Linguistics. C-38. Canberra.
Zöllner, Z. (nd). Verbformen der Angguruk-sprache und Syntax der Angguruk-sprache. Angguruk. ms.
Zöllner, Z. (1988). The Religion of the Yali in the Highlands of Irian Jaya. The Melanesian Institute for Pastoral and Socio-Economic Service. Goroka
Zöllner, Z. (2011). Pohon Yeli dan Mitos Wam dalam Agama Orang Yali. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta.